Ide besar ini bermula dari keberhasilan BWA dan para wakif membangun Kapal Dakwah. Diantara kapal dakwah yang telah direalisasikan dan kini beroperasi untuk menebar manfaat serta mengantarkan Al-Qur’an ke berbagai penjuru Nusantara adalah : Kapal Dakwah #1 AFKN Khalifah I untuk Papua, Kapal Dakwah #2 untuk Nelayan Adonara, NTT, terakhir Kapal Dakwah #3 Jelajah Pulau Terpencil Nusantara (JPTN) Fatahillah yang baru saja selesai mengantarkan Al-Qur’an ke kepulauan sekitar Serang, Banten, dan bersama Kimia Farma menjalankan program Klinik Apung di 8 pulau Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
BWA ingin menghadirkan manfaat yang lebih besar lagi untuk masyarakat, terutama saudara-saudara kita yang berada di kepulauan terpencil Nusantara ini. Kemaslahatan yang ingin ditebar melalui Kapal Dakwah #4 ini adalah pelayanan kesehatan profesional gratis bagi masyarakat yang berada di kepulauan pelosok Nusantara. Selain tentu di dalamnya ada kegiatan dakwah Islam untuk menguatkan aqidah saudara-saudara muslim kita di sana.
Untuk mengakomodir ide dan manfaat yang begitu besar ini, maka dibutuhkan unit kapal yang lebih besar dari sebelumnya. Jika Kapal Dakwah #3 JPTN Fatahillah (kapal yang terbesar diantara ketiga kapal dakwah BWA) hanya berkapasitas 39GT dengan lebar 4,5 meter dan panjang 18 meter. Maka Kapal Dakwah dokterCARE (KDDC) memiliki Panjang dari Haluan ke Buritan sepanjang 28,5 meter dengan lebar 5,4 meter.
Setiap ide pasti memiliki visi dan misi. Begitu pula dengan proyek Wakaf Khusus Kapal Dakwah #4 dokterCARE ini. Visi besar yang dibawa Kapal KDDC adalah menebarkan Islam rahmatan lil ‘alamin melalui dakwah dan pelayanan kesehatan profesional di dalam kapal. Dengan visi ini, KDDC ingin menghadirkan semangat kepedulian yang bersumber dari aqidah Islam sehingga dapat melakukan pelayanan yang optimal terhadap umat, khususnya dalam bidang kesehatan.
Latar Belakang
Alasan paling mendasar bagi BWA memiliki niat kuat agar proyek Wakaf Khusus Kapal Dakwah #4 dokterCARE ini segera dirilis adalah fakta yang kami temukan ketika kami melakukan ekspedisi pendistribusian Al-Qur’an ke pulau-pulau terpencil di Nusantara adalah bahwa pelayanan serta fasilitas kesehatan yang mereka miliki sangat minim bahkan tidak ada.
Seperti misalnya ketika kami melakukan survey ke daerah Adonara, Flores Timur, tim kami berpapasan dengan seorang Lansia yang sedang sakit harus digotong dan dibawa menggunakan kapal penyeberangan seadanya, padahal terlihat kondisinya sangat mengkhawatirkan. Tidak menggunakan tandu, kakek tersebut kemudian digotong ke Angkutan Umum yang sudah berlabuh di sisi pulau yang lain, siap untuk mengantar ke Rumah Sakit terdekat.
Selain itu, Ustadz Arifudin Anwar yang selama ini menjadi partner lapangan BWA di Indonesia timur mengaku, setiap kali beliau singgah ke pulau-pulau yang mana di sana didistribusikan al-Qur’an, salah satu problem yang selalu muncul adalah soal pelayanan kesehatan. Beliau menyampaikan misalnya ketika beliau melakukan ekspedisi ke pulau-pulau terpencil di Kepulauan Selayar, pernah menghadapi situasi darurat yakni ada seorang remaja yang kecelakaan jatuh dari pohon. Karena minimnya fasilitas kesehatan di pulau tersebut, remaja itu tidak mendapatkan perawatan kedaruratan yang memadai hingga kemudian dia meninggal dunia karena luka dalam di kepalanya yang cukup serius. Inna Lillahi Wa Innailaihi Rojiun.
Studi kasus lainnya adalah tentang Pelayanan kesehatan oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau bersama dengan pemerintah kabupaten dan kota. Ternyata dirasakan belum menjangkau masyarakat di pulau-pulau pedalaman atau terpencil. Minimnya tenaga medis dan terbatasnya alat transportasi laut menjadi salah satu kendala utamanya. “Akses pelayanan kesehatan masih sulit dilakukan, terutama di Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Natuna. Apalagi kalau sedang musim angin utara, tak ada kapal yang bisa berlayar ke pulau-pulau karena kapal pompong rawan terbalik terkena ombak,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tjetjep Yudiana, Kamis (30/6/2011). (kompas.com).
Demikian pula faktor keterbatasan ekonomi, sering pula dijumpai Pusat Kesehatan Desa (puskesdes) yang kekurangan tenaga medis bahkan tidak ada karena tenaga kesehatan ini berasal dari luar pulau, yang apabila mereka pergi ke kota akan memakan waktu berminggu-minggu sampai bisa kembali lagi ke pulau tempat bertugas. Merekapun hanyalah tenaga medis biasa bukan dokter, belum lagi alat kesehatan dan obat obatan yang terbatas sekali, sehingga sering mantri-mantri dari luar yang datang memberikan pelayanan secara pribadi sambil membawa obatnya kemudian dibeli oleh pasiennya.
Fokus Kegiatan Operasional KDDC
Kapal Dakwah dokterCARE ini memang didesain agar mampu mengarungi samudera dan menjangkau pulau-pulau terpencil di Nusantara. Di dalamnya akan disiapkan kamar-kamar seperti Ruang Periksa dan Ruang Operasi. Selain itu, kapal ini juga mampu memuat awak hingga 20 orang sehingga mampu melayani banyak orang dalam waktu yang bersamaan.
Perbedaan Kapal Dakwah dokterCARE dengan klinik apung sederhana lainnya adalah, selain memberikan pelayanan kesehatan memadai dan profesional, KDDC menyajikan berbagai kegiatan pengembangan masyarakat ketika nanti beroperasi. KDDC akan dilengkapi dengan tim pengembangan dan pendampingan masyarakat, tujuannya untuk mengoptimasi akses kesehatan dan membina kader-kader di pulau terpencil tersebut. Harapannya, dengan kegiatan pengembangan masyarakat ini, kondisi kesehatan masyarakat bisa lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, selama memberikan pelayanan kesehatan, KDDC juga mendistribusikan Al-Qur’an dan melakukan pembinaan secara langsung, baik kepada masyarakat muslim setempat, maupun membuat kegiatan peningkatan kapasitas da’i lokal yang merupakan SDM utama untuk mempertahankan dan menguatkan aqidah masyarakatnya.
Proyek Wakaf Berpotensi Pahala Besar
Dengan besarnya visi dan misi dari Kapal Dakwah dokterCARE ini pastinya membawa manfaat yang besar untuk umat, khususnya saudara-saudara kita di pulau-pulau terpencil di Nusantara. Semakin besar manfaat yang diterima oleh mereka melalui KDDC, niscaya potensi pahala yang akan diraih oleh para wakif dan donatur sekalian tentu semakin besar.
Dana yang Dibutuhkan:
Rp. 10.000.000.000,- (Sepuluh Miliar Rupiah)
Project Leader :
Agus Niam